Minggu, 19 April 2015

Briket Ampas Kopi

Briket Ampas Kopi

Ampas biji kopi berasal dari biji kopi yang sudah diambil sarinya untuk dijadikan kopi instan, merupakan limbah yang perlu penanganan dan tentunya juga biaya yang tidak sedikit. Bila ditimbun di area penimbunan, juga memerlukan lahan yang luas.
Namun, dari limbah yang memerlukan perhatian, penaangan dan biaya tersebut bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi. Penulis saat ini belum bisa memberikan berapa nilai kalornya, namun peluang untuk menjadi bahan bakar terbuka lebar.
Dengan bentuk fisik yang seperti granular dalam berbagai ukuran, sebetulnya ampas biji kopi bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar di tungku boiler. Namun dengan ukuran yang relatif kecil ini memungkinkan banyak material yang akan tersapu keluar bersama gas buang sebelum terbakar secara sempurna di boiler.
Namun bila dilakukan pembriketan dengan ukuran tertentu, memungkinkan material tetap bertahan di atas grate boiler sehingga tidak tersapu keluar sebelum terbakar sempurna.
Dari kenyataan ini, perlu dilakukan perhitungan ekonomi yang mendetail, karena perusahaan, dalam hal melakukan kegiatan ekonomi, masalah untung rugi adalah permasalahan yang krusial.
Tapi yang perlu diingat adalah perlu biaya untuk menangani ampas kopi itu bila hanya menjadi limbah saja. Namun dengan sedikit tambahan biaya pembriketan, limbah tersebut malahan bisa menjadi bahan bakar alternatif yang menarik untuk dilakukan pengkajian dan diterapkan di industri…. Apalagi jenis bahan bakar yang lain harganya naik dan naik dan naik….
Teknik pembriketan ini bisa juga untuk limbah biomasa yang lain…
Anda tertarik dengan pengkajian ini ?….
Hubungi : Ir. A. Anam. MT.
Hp : 0812 806 860 8
email : ahsonosh@yahoo.com

Selasa, 04 Juni 2013

Pengeringan Briket Batubara Secara Tradisional atau Menggunakan Tenaga Surya Hibrid

Image

Pengeringan Briket Batubara Secara Tradisional, masih sangat tergantung dengan sinar matahari. Bila tiba-tiba hari hujan, maka perlu usaha keras dan cepat untuk menghindarkan briket terpapar air hujan yang dapat menyebabkan briket hancur. Dengan alat pengering tenaga hibrid, matahari dan/biomasa, maka pengeringan briket batubara tidak lagi tergantung dengan keberadaan sinar matahari saja, namun, walaupun hari hujan, pengeringan briket masih bisa dilakukan, sehingga produksi briket menjadi lancar seperti terlihat pada gambar berikut :





Untuk informasi lanjut tentang alat pengering briket batubara tenaga surya hibrid, hubungi:
Ir. A Anam,MT  HP. 08128068608 atau 0217560550
email : ahsonosh@yahoo.com

Pengering Briket Batubara Tenaga Surya Hibrid



Briket Batubara Untuk Pemanas Ayam tipe telur/jengkol dengan diameter 5 cm
Kebutuhan ayam pedaging untuk daerah Jabodetabek dipasok oleh para peternak ayam, salah satunya dari daerah Banten. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam budi daya ayam pedaging adalah masa brooding. Masa brooding adalah masa yang paling kritis di mana pada fase ini terjadi proses pembelahan sel (hyperplasia) terutama pada minggu pertama yang sangat penting untuk proses pertumbuhan selanjutnya. Pada fase ini proses hyperplasia lebih besar daripada hypertropy sehingga kegagalan pada fase ini terutama kegagalan pada brooding akan sangat berdampak pada pertumbuhan, daya tahan tubuh yang tentunya akan berpengaruh terhadap penampilan akhir (performa). Pada fase brooding, ada banyak jenis penggunaan energi sebagai pemanas. Secara umum, peternak di Indonesia menggunakan kayu bakar, minyak tanah, gas dan batubara. Dari sekian penggunaan bahan bakar sebagai energi penghasil panas, penggunaan minyak tanah yang paling dominan. Sehubungan dengan program konversi penggunaan minyak tanah ke LPG dilaksanakan berdasarkan surat Wakil Presiden RI Nomor 20/WP/9/2006 tanggal 1 September 2006, Pemerintah mengkonversi penggunaan minyak tanah kepada penggunaan LPG. Sebagai akibat dari program tersebut, minyak tanah sulit didapat karena pasokannya dihentikan, ataupun kalau ada, harganya jauh lebih mahal. Artinya para peternak ayam akan membelanjakan lebih besar untuk kebutuhan biaya pemanas. Akhirnya mereka beralih ke LPG. Namun harga LPG terus merangkak naik. Terakhir, para peternak melirik ke penggunaan briket batubara. Namun yang menjadi kendala adalah pasokan briket batubara yang kurang konsisten. Misalnya pada musim hujan, masa di mana kebutuhan pemanas lagi meningkat, pasokan briket batubara tersendat karena masalah pengeringan terbuka yang masih tergantung pada sinar matahari. Salah satu kendala di pabrik pembuat briket adalah ketersediaan teknologi pengering yang tepat dan cukup mudah untuk dioperasikan. Guna mengantisipasi masalah kelangkaan pasokan briket batubara tersebut maka telah dilakukan rancang bangun Pengering Tenaga Surya Hibrid, untuk mengeringkan produk briket batubara yang bisa menghasilkan kualitas produk yang diinginkan : mencapai tingkat kekeringan yang diinginkan secara lebih merata dan dalam waktu pengeringan yang lebih cepat, dengan memanfaatkan sumber energi panas matahari yang ramah lingkungan, terbarukan dan tersedia setiap saat secara gratis, tidak terganggu dengan adanya hujan. Alat pengering briket batubara tenaga surya hibrid ini telah diterapkan di UKM briket batubara di Balaraja, Tangerang, Banten.
Image1311

Image1340a

Alat Pengering Briket Tenaga Hibrid 
Pengering Briket Batubara Tenaga Surya Hibrid

Untuk info lebih lanjut silakan hubungi :
Ir. A Anam, MT  HP 08128068608 atau 0217560550
email : ahsonosh@yahoo.com

Anda Butuh Briket Batubara Untuk Peternakan Ayam Anda ?

KOMPOR & BRIKET BATUBARA RAMAH LINGKUNGAN
untuk Industri Kecil & Menengah
 
Perbandingan antara minyak tanah, briket batubara dan gas

URAIANMINYAK TANAHGASBRIKET BTBR
HargaRp. 4.000/literRp. 5.750/kgRp. 1.500/kg
Kesetaraan kandungan kalor 1 liter0,8 kg1,8 kg – 2 kg
Harga setara dengan 1 liter minyak tanah Rp. 4.000 Rp. 4.600 Rp. 3.000
Catatan : Asumsi harga minyak tanah di pasaran adalah Rp. 4.000/ltr, sedangkan harga real bisa lebih tinggi. Sedangkan harga LPG adalah Rp. 5.750/kg untk kemasan 12 kg per Agustus 2008, dan harga LPG akan terus dinaikkan sampai harga keekonomiannya.
Jadi dengan asumsi harga minyak tanah dan LPG termurah saja, penggunaan briket (dengan asumsi harga termahal) jauh lebih murah. Jadi mengapa tidak segera beralih ke penggunaan briket batubara ?.
 
PRODUKSI KOMPOR DAN BRIKET BATUBARA
Kami memproduksi kompor dan briket batubara di Balaraja, Tangerang, Banten. Dengan didukung peralatan yang modern, kami memproduksi briket tipe telur (jengkol) dengan ciri-ciri :
Warna                            : hitam
Ukuran                           : berdiameter 5 cm
Kandungan kalor            : 5.000 – 6.000 kkal/kg
Moisture Content           : max 10 %
Kapasitas produksi        : 75 ton per bulan
Hasil uji coba pembakaran briket menggunakan kompor pemanas ayam sebanyak 6 kg berlangsung sekitar 10 jam.
Image
Gambar Alat Penggerus Batubara
Image Gambar Alat Pencampur
Image
Gambar Alat Pencetak Briket Batubara
Image
Gambar Kompor Briket Untuk Peternakan Ayam
Image
Gambar Briket Tipe Telur Untuk Peternakan Ayam

Harga briket Rp. 1.300.000 per ton.
Untuk Informasi dan pemasaran, hubungi :
 Ir. A Anam, MT     HP : 08128068608, 0217560550
email : ahsonosh@yahoo.com
Anda bisa juga mendapatkan informasi tentang perbatubaraan, analisa proksimat, ultimat, analisa kalor, set up pabrik briket batubara dan lain lain.

HARI GINI PAKAI BRIKET BATUBARA?



Pertanyaan di atas memang pantas dilontarkan di saat harga bahan bakar sudah mulai murah lagi. Program konversi penggunaan minyak tanah ke LPG juga membuat masyarakat kita mulai melupakan penggunaan minyak tanah. Apalagi setelah masyarakat mulai terbiasa dengan kompor gas, tentunya dengan segala kenyamanannya, tentunya pantas lah bila sekarang kita ucapkan sayonara pada penggunaan minyak tanah. Kita patut mengacungkan jempol untuk program konversi tersebut, walaupun kita juga perlu juga memberikan catatan adanya beberapa kelemahan dari program tersebut dalam pelaksanannya di lapangan.

Melirik ke penggunaan minyak tanah (lagi) saja sudah enggan, apalagi ke briket batubara. Sudah susah dinyalakan dan susah pula dimatikan, bau asapnya mengganggu, dan juga seabreg kekurangan-kekurangan yang lainnya. Jadi pantaslah bila kita lontarkan pertanyaan yang agak sinis ini : Hari gini pakai briket batubara ?.
 
Melalui program konversi penggunaan minyak tanah ke LPG Pemerintah berencana mengkonversi penggunaan minyak tanah sekitar 5,2 juta kilo liter kepada penggunaan 3,5 juta ton LPG hingga tahun 2010 mendatang yang dimulai dengan 1 juta kilo liter minyak tanah pada 2007. Pada akhir tahun 2010, sebanyak 80% konsumsi minyak tanah bisa beralih ke LPG.
Melalui program tersebut masyarakat mulai merasakan kelebihan-kelebihan dari penggunaan bahan bakar gas tersebut. Masyarakat yang sudah menggunakan LPG semakin setia menggunakannya, walaupun terjadi pergeseran, yang tadinya masyarakat memanfaatkan LPG kemasan 12 kg sekarang ramai-ramai beralih ke kemasan 3 kg. Masyarakat juga mulai “malas” menggunakan minyak tanah, selain karena kurang praktis dibanding penggunaan LPG, pasokan minyak tanah ke masyarakat juga sudah sangat langka.
Akhirnya masyarakat juga jadi terlena dengan penggunaan LPG murah bersubsidi dan lupa melakukan upaya diversifikasi ke energi non LPG. Sampai suatu saat “bila” harga LPG dinaikkan dengan kenaikan yang signifikan, barulah terjadi hiruk pikuk wacana mencari bahan bakar alternatif selain LPG. Haruskah kita menunggu hal ini terjadi ?. Terlambat. Pernahkah kita berkaca pada saat terjadi kenaikan harga BBM ?. Walaupun kenaikan harga BBM pernah terjadi beberapa kali dengan kenaikan harga yang signifikan, namun tetap saja kepanikan hanya terjadi sesaat, setelah itu keadaan berjalan seperti tidak terjadi apa-apa.

Diversivikasi Energi Non LPG
Ada beberapa energi alternatif gas selain LPG, misalnya dimethyl ether. Namun tak ada salahnya pula bila mencoba bahan bakar padat misalnya briket, yang kata sementara orang, sudah dianggap kuno. Mengapa briket batubara ?. Bukankah penggunaan briket batubara sebagaia bahan bakar berbahaya bagi kesehatan penggunanya karena rumah di Indonesia rata-rata dirancang tanpa cerobong dapur guna saluran pembuangan asap ?.
Bahaya itu kian jelas karena di Indonesia, yang disebut ventilasi hanya satu lubang di langit-langit atau dinding dapur. Memasak dalam ruangan dengan bahan bakar padat, termasuk batubara, meningkatkan risiko kanker paru secara signifikan.
Alasan-alasan tersebut bisa kita terima. Tapi apakah alasan tersebut menghentikan langkah kita untuk melakukan upaya diversivikasi energi ?.
Sebagai gambaran, briket batubara memiliki tingkat emisi yang jauh lebih rendah ketimbang minyak tanah, menjadikannya sumber energi substitusi yang lebih aman bagi kesehatan. Hasil uji Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menunjukkan pembakaran 1 kg briket selama 2-3 jam hanya menghasilkan tingkat emisi karbonmonoksida (C0) rata-rata 106 ppm. Sementara minyak tanah 250-390 ppm, atau tiga kali lipatnya.
Briket batubara juga hanya menciptakan emisi nitrogen monoksida (NO) dengan konsentrasi amat kecil lantaran tidak dibakar dalam temperatur amat tinggi. Sementara tingkat emisi sulfur dioksida (SO2) briket rata-rata di bawah satu persen, angka yang aman untuk kesehatan, mengingat kandungan sulfur batu bara Indonesia rendah.
Makanan yang dimasak dengan menggunakan kompor briket batubara tidak memiliki resiko besar terhadap kanker. Pengujian hal tersebut telah dilakukan BPPT melalui uji coba daging yang dibakar dengan briket serta arang dan membawanya ke Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM), ternyata hasilnya trend ke arah kanker sama saja dengan bila menggunakan bahan bakar bukan briket. Jadi tidak ada bedanya dan tergantung juga dari cara memasaknya.
Manfaat dan Keuntungan Memasak dengan Briket :
1. Menghemat bahan bakar
2. Daya tahan briket lebih lama
3. Nyala bara lebih bersih dan panas nyala bara relatif lebih tinggi
4. Aman dan tidak meledak
5. Rasa, bau, dan aroma makanan tidak berubah, tetap asli
6. Non toksik (tidak beracun)
7. Ruangan dapur tetap bersih
8. Perabot dapur tidak hitam
9. Abu bekas briket dapat dipakai sebagai abu pembersih

KEUNGGULAN LAIN DARI BRIKET BATUBARA
Briket batubara dibandingkan minyak tanah
- Harga 1 kg briket batubara Rp 1200 - Rp 1500
- Harga 1 liter minyak tanah Rp 4000 – Rp 6000
- 1 liter minyak tanah setara dengan 1,8 kg briket batubara
- Jadi, untuk membeli 1 liter minyak tanah Rp 4000 sedangkan untuk membeli
  briket cukup dengan Rp. 3000 saja.

Briket batubara dibandingkan LPG
- Harga 1 kg LPG Rp 5750
- 1 kg LPG setara dengan 2,5 kg briket batubara
- Jadi, untuk membeli 1 kg LPG Rp 5750 sedangkan untuk membeli briket cukup
  dengan Rp. 3750 saja.

Kesimpulan : Harga briket batubara lebih murah dibandingkan dengan harga minyak
tanah maupun LPG. Jadi, mengapa tidak beralih ke briket batubara ?.

Untuk Informasi lebih lanjut, hubungi :
Ir. A Anam, MT (HP. 08128068608, 0217560550)
email: ahsonosh@yahoo.com